Pertemuan 14
Hari/Tanggal : Rabu,
01 Desember 2021
Alhamdulillahirobbil’alamin sore ini dapat mengikuti pelatihan Guru Motivator Literasi Digital pertemuan ke-14. Pertemuan ini dimoderatori oleh Ms. Phia yang mendampingi nara sumber cantik yang terkenal dengan Sang Blogger Milenial yaitu Ibu Maesaroh yang akan menyampaikan materi tentang “Menjelajahi Alam Digital yang Luas.”
Nara Sumber menyapa para peserta dengan hangat dan memperkenalkan diri dengan mempersilahkan para peserta untuk menjelajahi biodata beliau di : https://maydearly.blogspot.com/2021/07/biodata.html
Ada pepatah mengatakan Ngebolang di dumay dan orangnya memiliki label Sibolang Dumay.
Untuk mengembangkan budaya literasi genarasi
penerus bangsa, di perlukan kecakapan dalam menggunakan media digital dengan
beretika dan bertanggung jawab agar mendapatkan informasi yang akurat dan
akuntabel. Cerdas menggunakan media sosial berarti cerdas berliterasi. Perlu
edukasi yang massif dalam menggerakan literasi digital agar setiap individu
dapat dengan mudah memahami informasi dengan benar. Menjelajahi dunia digital
tentu perlu kecakapan, agar kita mampu memiliki wawasan yang luas. Tak hanya
luas dalam menjelajahi dunia maya saja. Tetapi juga luas secara intelektual
Menjelajahi dunia digital perlu kecakapan agar kita
mampu memiliki wawasan yang luas dalam menjelajahi dunia maya dan
luas secara intelektual.
Ada 4 Pilar dalam mengembangkan Literasi Digital
1. Digital
Culture cakap bermedia digital dengan
memanfaatkan media digital sebagai alat untuk menghubungkan satu koneksi menuju
seluruh dunia
2. Digital
Safety cakap dalam melindungi diri dan aset digital ketika sedang berada di
dunia digita.
3. Digital
Ethics etis dalam menggunakan dunia digital dengan tidak mengalahgunakan alat
digital sebagai penyebar informasi hoaks
4. Digital
Skill cakap secara tehnologi dalam menggunakan piranti digital sebagai alat
untuk meng up grade pengetahuan. Adapun kecakapan dalam hal ini perlu meliputi
8 kecakapan diantaranya : Cakap dalam memakai ilmu Coding, Collaboration, Cloud
software, Word Processing software, Screen Casting.
Alam digital/alam maya merupakan sebuah alam yang
memberi koneksi antara satu individu dengan individu lainnya. Kecanggihan sebuah
teknologi membuat seseorang yang jauh menjadi dekat dengan menggunakan aplikasi sosmed berupa WA, IG, FB, Twitter
serta perangkat google dengan segala produknya.
Sebagai seorang guru perlu menggaungkan literasi
digital terhadap anak didik kita ataupun masyarakat di lingkungan kita agar sebagian besar anak didik kita sudah
menggunakan piranti digital dan pandai bergaul di dunia maya tidak salah kaprah dalam penggunaan media sosial
Usia muda atau remaja berasal dari kata adolesence
yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesence mempunyai
arti yang lebih luas lagi, yaitu mencakup kematangan mental, emosional sosial
dan fisik. Usia remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa
yang dialaminya dalam tiga tingkatan yaitu praremaja 10-12 tahun, remaja awal
13- 16 tahun dan remaja akhir 17-21 tahun.
Adanya implementasi pembelajaran dalam menyongsong
abad 21 melalui mesin (komputasi) segala informasi tersedia dengan luas, dimana
saja dan kapan saja maka literasi digital menjadi penting untuk membangun
pendidikan yang berintegrasi pada
pergeseran pembangunan pendidikan ke arah ICT, sebagai salah satu
strategi manajemen pendidikan 21 yang di dalamnya meliputi tata kelola kelembagaan,
dan sumber daya manusia. Untuk itu,
edukasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam meningkatkan budaya
cerdas ber-literasi agar para generasi penerus bangsa mampu menyaring informasi
dengan baik yang beredar dari media sosial.
Pemahaman yang cukup mengenai dunia digital dan pemahaman literasi digital yang buruk serta keterbukaan informasi di media sosial akan berpengaruh bagi kalangan anak muda khususnya para pelajar.dan memberikan dampak psikologis anak dan remaja yang cenderung negatif dalam penggunaan media sosial seperti menghina orang lain, menimbulkan sikap iri terhadap orang lain, mengakibatkan depresi, terbawa arus suasana hati terhadap komentar negatif, serta terbiasa berbicara dengan bahasa kurang sopan sehingga menyebabkan dampak buruk dalam berinteraksi.
Penggunaan piranti digital terlampau tinggi akan cenderung mengalami Digital Fatigue. Ciri-ciri Digital Fatigue antara lain :
· Perasaan lelah, bosan, malas, dengan berbagai
kegiatan digital seperti zoom meeting, webinar, media sosial, dan berbagai
platform digital lain.
·
Mata terasa sakit, lelah, dan perih.
·
Sakit kepala dan migrain.
·
Nyeri otot leher, bahu, atau panggung.
·
Sensitif terhadap cahaya.
·
Gangguan pada fokus, konsentrasi, dan memori.
·
Merasa putus asa dan tidak berdaya.
·
Kewalahan menghadapi situasi yang berulang.
·
Badan terasa lemah, lesu, tidak bertenaga, dan
malas bergerak.
·
Muncul perilaku yang aneh dan tidak wajar.
Untuk mengantisipasi agar tidak mengalami digital fatigue yaitu dengan memanagement waktu yang baik dan membatasi dalam bermedia sosial. Berselancar di media sosial sesuai kebutuhan dan kepentingan saja karena terkadang kita terlena dengan media seperti tiktok atau Instagram sehingga terkadang kita lupa bahwa kita hanya melakukan sesuatu yang tidak berfaidah. Ada baiknya buat skala prioritas dalam berselancar di media sosial. Mau ngapain sih? Apa yang harus saya cari? Hari ini saya harus buat konten apa? Dan lainnya.
Ada 5 kecakapan yang perlu dikuasai dalam berliterasi media bagi pelajar dan semua kalangan.
1. Photo visual
literacy
Kemampuan
untuk membaca dan menyimpulkan informasi dari visual.
2. Reproduksi
literacy
Kemampuan
untuk menggunakan teknologi digital untuk menciptakan karya baru dari
pekerjaan.
3. Percabangan
literacy
Kemampuan
untuk berhasil menavigasi di media non-linear dari ruang digital.
4. Informasi
literacy
Kemampuan
untuk mencari, menemukan, menilai dan mengevaluasi secara kritis informasi yang
di temukan di web.
5. Sosio-emosional
literacy
Kemampuan
yang mengacu pada aspek-aspek sosial dan emosional yang hadir secara online,
apakah itu mungkin melalui sosialisasi, dan berkolaborasi, atau hanya
mengkonsumsi konten.
Delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital :
1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks
pengguna digital.
2. Kognitif, yaitu daya pikir menilai
konten.
3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu
yang ahli dan aktual.
4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja dan
jejaring komunikasi di dunia digital.
5. Kepercayaan diri yang bertanggungjawab.
6. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara
baru.
7. Krisis dalam menyikapi konten.
8. Bertanggungjawab secara sosial.
Lima Cara Meliterasi Media Sosial
1. Perhatian
Kemampuan
untuk mengidentifikasi ketika dibutuhkan fokus perhatian dan mengenali ketika
multitasking bermanfaat. Perhatian dapat dicapai dengan memahami bagaimana
pemikiran orang. Akan sulit untuk memfokuskan perhatian karena pikiran kita
cenderung berjalan acak.
2. Partisipasi
Mengetahui
kapan dan bagaimana partisipasi merupakan hal penting. Partisipasi memberikan
pengguna pengalaman berbeda saat menjadi produktif. Partisipasi dalam media
sosial dibedakan menjadi dua yaitu netizen aktif dan netizen pasif. Netizen
aktif merupakan pengguna media sosial yang ikut memberikan post di media
sosial. Sedangkan pengguna pasif merupakan pengguna media sosial yang hanya
membaca lini masa media sosial tanpa memberikan posting-an.
3. Kolaborasi
Pengguna
dapat mencapai lebih dengan bekerja sama dibandingkan dengan bekerja sendirian.
Melalui kolaborasi, redudansi dapat dihilangkan dan pekerjaan dapat
didistribusikan. Adanya kolaborasi memungkinkan masyarakat berbagi sumber daya
dan membangun ide lain.
4. Kesadaran
jaringan
Jaringan
sosial saat ini diperluas dengan adanya teknologi. Saat ini masyarakat dapat
menjadi anggota dari newsgroup, komunitas virtual, situs gossip, forum dan
organisasi lainnya.
5. Pemakaian
secara kritis
Pemakaian
secara kritis adalah evaluasi tentang apa dan siapa yang dapat dipercayai.
Sebelum mempercayai, mengkomunikasikan, atau menggunakan apa yang ditulis oleh
orang lain, ada baiknya melakukan identifikasi.
Literasi media sosial merupakan suatu keterampilan
yang diperlukan untuk tetap dapat melakukan aktifitas ber-media sosial dengan
aman. Sebagai warganet yang baik, kita harus mampu menyaring dan memberikan
informasi yang edukatif. Sesuai dengan istilah media sosial yang dikemukakan
oleh (Taylor & Francis Online, 2014) bahwa media sosial memiliki akronim
sebagi berikut:
1. Sharing
views
2. Optimizing
Knowledge
3. Collaborating
on projects
4. Investigating
new ideas
5. Advocacy
for your service provision
6. Learning
from others
7. Making
new connections
8. Enhancing
your practice
9. Debating
the future
10. Inspirational
support
11. An
essensial tools for your information toolbox
Membangun mental digital berarti membangun karakter
para generasi bangsa menuju masa emas 2045. Generasi milenial dalam dunia
digital akan terus menggelinding dan akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan.
Syarat cerdas berliterasi digital adalah memiliki karakter kebangsaan yang
perlu dijunjung tinggi dan harus menjadi
poin utama dalam berbagai aspek.
Beberapa nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan
diantaranya:
1. Nilai
Kejujuran
2. Nilai
Semangat
3. Nilai
Kebersamaan atau gotong royong
4. Nilai
Kepedulian atau solidaritas
5. Nilai
Sopan santun
6. Nilai
Persatuan dan Kesatuan
7. Nilai
Kekeluargaan
8. Nilai
Tanggungjawab
Untuk mengetahui perkembangan penggunaan media
digital dengan mengikuti perkembangan mereka di facebook dengan berteman di
setiap media sosialnya karena dengan kita melihat story mereka di sosmed kita
tahu banyak tingkah mereka
Edukasi di pada media digital bisa kita lakukan dengan cara contoh kecil membuat sebuah story di media sosial tentang refkeksi pembelajaran, jika bisa boleh ditambah dengan foto-foto kegiatan anak didik. Setelah itu kita tag mereka sehingga lama kelamaan mereka secara tak sadar sudah terjun dalam literasi media. Anak yang kita tag di akun sosial media kita, akan merasa terawasi sehingga bertanggungjawab dalam bermedia sosial. Langkah selanjutnya bisa dengan memberikan tantangan kepada mereka untuk membuat story di sosial media terkait refleksi pembelajaran dan tag teman-temannya beserta akun kita.
Kita bisa membentuk suatu komunitas yang menggaungkan literasi media. Biasanya anak Osis adalah anak yang patut dihandalkan. Mereka bisa dengan mudah memberikan informasi. Sedangkan bagi yang sudah tercandu perlu kita edukasi dengan ranah pendekatan yang baik, tanpa kekerasan tapi dapat menyentuh hati mereka.
Semoga dengan literasi digital dapat membawa kita dan generasi bangsa untuk cakap dan bijak dalam menggunakan media sosial. Semoga Alloh SWT. senantiasa membimbing kita. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar