Minggu, 02 Januari 2022

Hadiah Untuk Beni

 

HADIAH UNTUK BENI

(Oleh : Fatmawati, S.Pd.)

 

Hari minggu pagi setelah mandi  Beni duduk di teras rumah sambil membaca buku cerita Si Kancil yang baru minggu lalu dibelikan oleh ayahnya. Ibunya sedang membersihkan halaman belakang rumah dan ayahnya sedang membaca koran di kursi ruang tamu. Sesekali Beni melihat ke jalan. Tampak banyak orang yang berlalu lalang menuju tempat tujuan mereka masing-masing.

Teet…teet…teet… terdengar suara klakson mobil berbunyi. Beni terkejut mendengarnya karena dia sedang serius membaca buku. Beni menengok ke arah gerbang rumahnya. Tampak sebuah mobil sedan warna merah sedang memasuki halaman rumah. Beni tampak mengernyitkan dahinya berpikir tentang siapa gerangan yang datang dengan mengendarai mobil sebagus itu.

Setelah mobil parkir di halaman, keluarlah seorang laki-laki yang usianya lebih muda dari ayah Beni yang diikuti oleh seorang wanita dan dua orang anak laki-laki yang usianya tidak jauh berbeda dengan  Beni.

“Assalamu’alaikum, ini Beni kan ?” ucap laki-laki itu kepada Beni.

“Wa’alaikum salam, saya Beni, ini paman Hadi kan?” jawab Beni sambil mencium tangan laki-laki itu.
“Ya, benar. Ini istri paman namanya Bibi Hanum dan ini dua anak paman namanya Dori dan Dio,” ucap paman Hadi. Kemudian Beni berjabat tangan dengan keluarga paman Hadi.
“Ayah dan ibumu mana ?” tanya paman Hadi.
“Silahkan duduk dulu, saya akan panggilkan ayah dan ibu,” jawab Beni seraya masuk ke dalam rumah untuk memanggil ayah dan ibunya.

Tak lama kemudian ayah dan ibu Beni keluar dari dalam rumah menemui keluarga paman Hadi. Paman Hadi adalah teman ayah Beni yang sudah akrab dengan keluarga Beni sehingga seperti keluarganya sendiri. Mereka masuk ke dalam rumah dan ngobrol di ruang tamu.

“Dori, tolong ambilkan kotak yang ayah bawa di mobil, bawa kesini,” paman Hadi memanggil Dori.

“Baik, Yah,” jawab Dori. Setelah itu Dori bergegas menuju mobil yang diparkir di halaman untuk mengambil kotak yang dibawa oleh ayahnya. “Ini kotaknya, Yah,” ucap Dori.
“Beni, ini ada sesuatu untukmu,” ucap paman Hadi seraya memberikan kotak itu kepada Beni.
“Terima kasih Paman. Apa ini ? Beni buka ya,” ucap Beni seraya membuka kotak yang diberikan oleh paman Hadi. Ternyata isinya kelereng yang beraneka macam, ada yang warnanya bening, putih susu dan ada pula yang mengkilat seperti mata kucing.  Beni merasa senang sekali tak pernah mempunyai kelereng sebanyak itu. Kalaupun ada hanya beberapa butir saja.

"Dori… Dio… kita main kelereng yuk,” ajak Beni. Dori dan Dio mengangguk mengiyakan. Ketiganya beranjak dari tempat duduk mereka menuju ke halaman depan rumah. Beni menggambar bentuk segi empat di tanah dengan menggunakan sebatang kayu dan meletakkan beberapa butir kelereng di dalamnya. Dori, Dio dan Beni masing-masing memegang sebutir  kelereng yang akan mereka gunakan sebagai gaco.

Giliran pertama Dori untuk menyentil kelereng yang ada dalam kotak tersebut dengan gaco yang dia punya. Disentilnya gaco dengan menggunakan jari-jari mungilnya yang lincah dan mengenai kelereng di dalam kotak tapi tidak ada kelereng yang keluar melewati garis.

Giliran selanjutnya Dio harus menyentil kelerengnya ke arah kumpulan kelereng yang ada dalam kotak. Dengan bergaya yang lucu Dio mulai menyentil kelereng gaconya dan mengenai kelereng yang ada dalam kotak, tapi hanya bergeser sedikit saja dari posisi semula.

Sekarang giliran Beni yang beraksi untuk menyentil kelerengnya dan kelereng yang terkena gaconya keluar melewati garis 2 butir. Masih ada beberapa kelereng lagi yang ada dalam garis kotak itu.

Mereka secara bergantian mendapat giliran menyentil kelereng hingga tidak ada lagi kelereng yang ada dalam garis kotak. Mereka bermain denga suka ria dan terlihat akrab sekali walaupun mereka baru saja kenal. Sesekali terdengar gelak tawa mereka memecah kesunyian dan keseriusan mereka dalam bermain kelereng.

Orang tua mereka yang sedang berbincang-bincang di ruang tamu tersenyum melihat tingkah laku anak-anak mereka yang sedang bermain. Permainan kelereng yang sederhana bisa membawa suasana menjadi lebih  akrab dan hangat bagaikan terjalinnya sebuah persahabatan dan persaudaraan.

Fatmawati, S.Pd.

Tanggamus, 02 Januari 2022

Laptop ASUS Selalu di Hati

Kemajuan ilmu dan teknologi membawa kehidupan manusia ke era dunia digital. Hampir semua aspek kehidupan manusia menggunakan media digital, ...