Senin, 12 April 2021

3.1.a.8. Koneksi Antar Materi Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Fatmawati
SMA N 1 Sumberejo
CGP Angkatan 1 Kabupaten Tanggamus

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil.

 

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 

Ki Hajar Dewantara mengisyaratkan posisi dan sosok seorang guru melalui petuah-petuah dalam bahasa sansekerta. Guru bukan sekedar mengajarkan keilmuan tertentu, tapi dia juga harus dapat menjadi instrument perekat nilai-nilai kebangsaan, nasionalisme, cinta tanah air, nilai religiusitas dan spritualitas. Selain itu juga guru harus menjadi tauladan bagi siswa, menjadi orang tua yang selalu membimbing anaknya, menjadi problem solver dalam setiap sumbatan pengetahuan dan wacana bagi orang-orang di sekitarnya.

Semboyan dan filosofi Ki Hajar Dewantara tentang Pratap Triloka yang di dalamnya terdapat dasar kerja seorang pendidik  sangat begitu melekat di benak kita masing-masing yaitu Ing ngarsa sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani. Apabila hakikat dari semboyan dan filosofi ini benar-benar di implementasikan dengan baik dan benar oleh seorang guru maka akan memberikan dampak positif bagi diri guru itu sendiri dan generasi bangsa yang akan datang serta mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Ing ngarso Sung Tulodo, ketika di depan memberi teladan. Hakikat dari semboyan pertama  ini bahwa para guru harus mampu memberikan contoh yang baik dan benar bagi siswanya, baik sikap, perbuatan maupun pola pikirnya. Ing Madyo Mangun Karso, ketika di tengah memberikan semangat. Hakikat dari semboyan yang kedua ini bahwa para guru haruslah berada di antara siswanya, dengan kata lain guru juga sebagai teman bagi siswanya. Dengan demikian, para guru dengan leluasa membimbing dan memberikan inspirasi kepada anak didiknya.  Sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif dan nyaman bagi mereka. Tut Wuri Handayani, ketika di belakang memberikan daya kekuatan. Hakikat dari semboyan yang ketiga ini mengajak kepada para guru untuk selalu memberikan arahan yang baik dan benar dalam kemajuan belajar siswanya.

Filosofi  Ki Hajar Dewantara tentang Pratap Triloka mempunyai pengaruh yang sangat besar  terhadap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran  karena sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru harus mampu memberi contoh dan teladan, mampu membimbing, memberi  semangat, memberikan inspirasi, memberi semangat, memotivasi serta memberikan dorongan kepada peserta didik sehingga dapat membentuk profil pelajar Pancasila. Selain itu seorang guru juga harus mampu menjadi contoh dan teladan, memberikan inspirasi, memberi motivasi dan memberikan dorongan kepada rekan kerja guru di sekolah dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengambilan keputusan. 

 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan.

 

Dalam menjalankan tugas sebagai seorang pendidik agar dapat mengembangkan pembelajaran yang berpihak pada murid dan mewujudkan profil pelajar Pancasila, seorang guru  sebagai pemimpin pembelajaran perlu mengembangkan nilai-nilai diri meliputi mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpusat kepada murid.

Seorang pemimpin pembelajaran harus mandiri yaitu karakter atau sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan sehingga ketika mengambil keputusan tidak tergantung pada orang lain.

Seorang pemimpin pembelajaran harus reflektif artinya mau melihat pada dirinya sendiri, mau melakukan refleksi dan introspeksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukannya, mau mendengar kritik baik dari pengawas, kepala sekolah, sesama guru bahkan peserta didik dan selalu melihat sisi positif saran dan kritik orang lain sebagai sarana untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas kinerjanya sehingga dalam mengambil keputusan selalu melalui pertimbangan yang positif dan matang dari berbagai sudut pandang.

Seorang pemimpin pembelajaran harus kolaboratif artinya mampu berkolaborasi dengan orang lain sehingga keputusan yang diambil tidak hanya menurut pendapatnya sendiri tetapi melalui proses berbagi pengetahuan, ide, pendapat dan gagasan dengan orang lain dan  keputusan yang diambil  dapat dipertanggung jawabkan kepada semua pihak yang terlibat dengan berbagai pertimbangan yang ada.

Seorang pemimpin pembelajaran harus inovatif artinya memiliki banyak ide dan strategi dalam menghidupkan pembelajaran, tanggap terhadap berbagai keadaan, tidak mudah menyerah dalam menghadapi ketidak tahuannya dengan  belajar mencari tahu serta kreatif dalam memanfaatkan hal yang diketahuinya sehingga dalam mengambil keputusan dapat memunculkan ide yang kreatif dan solusi baru bagi permasalahan yang dihadapinya.

Seorang pemimpin pembelajaran harus berpihak kepada murid sehingga dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan murid akan selalu melibatkan murid dan mementingkan kebutuhan murid serta memikirkan dampak yang akan terjadi pada murid saat sebuah keputusan diambil.

 

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan).

 

Coaching merupakan sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Dalam pendidikan, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Proses coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam coaching dapat membuat murid melakukan metakognisi dan membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam sehingga murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya serta menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya.

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sangat berkaitan erat dengan kegiatan coaching karena dengan coaching atau bimbingan yang diberikan terjadi proses kolaborasi yang berfokus pada solusi sehingga membantu seorang pemimpin pembelajaran dalam menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya, dapat mengambil keputusan yang efektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik

 

Berdasarkan pengalaman kita melaksanakan tugas di institusi pendidikan, Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita pasti sering dihadapkan dalam situasi di mana kita diharuskan untuk mengambil suatu keputusan. Kasus atau situasi yang harus dihadapi oleh seorang pemimpin pembelajaran bisa merupakan masalah bujukan moral maupun dilema etika. Bujukan Moral (Benar vs Salah) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah. Sedangkan Dilema etika (Benar vs Benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan satu dengan yang lain. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman

 

Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sehingga terwujud merdeka belajar dan pembelajaran yang berpusat pada murid. Dalam pengambilan keputusan sebaiknya menerapkan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan sebagai berikut :

1.      Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4.      Jangka pendek lawan jangka panjang(short term vs long term)

Sedangkan tiga prinsip pengambilan keputusan antara lain :

1.   Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2.   Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3.   Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Setelah kita menentukan paradigma dan prinsip dalam dilema etika maka kita terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai berikut :

1.   Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini,

2.   Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini,

3.   Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini,

4.   Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi/standar profesional, uji intuisi, uji halaman depan    koran, dan uji panutan/idola),

5.   Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

6.   Melakukan Prinsip Resolusi

7.   Investigasi Opsi Trilema, yaitu mencari opsi diantara 2 opsi.

8.   Buat Keputusan

9.   Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

 

Apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini ? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda ?

 

Pengambilan keputusan dengan menerapkan 4 paradigma dilemma etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan merupakan ilmu pengetahuan baru yang saya dapatkan dan merupakan hal baru bagi teman-teman sejawat di sekolah sehingga perlu ketekunan dalam menerapkannya dan perlu waktu yang lama untuk mensosialisasikan materi tersebut untuk dapat menerapkannya di sekolah. Selain itu adanya nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup sehingga perlu pertimbangan yang benar-benar matang tentunya dengan menerapkan 4 paradigma dilemma etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar keputusan yang diambil tepat dan efektif.

Walaupun butuh waktu yang lama, kita sebagai guru harus sering berlatih menerapkan 4 paradigma dilemma etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar sebagai pemimpin pembelajaran terbiasa secara cepat dan tepat dalam mengambil suatu keputusan.

 

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

 

Merdeka belajar bermakna kemerdekaan belajar dan kemerdekaan berpikir, yakni memberikan kesempatan belajar sebebas-bebasnya dan senyaman-nyamannya kepada anak didik untuk belajar dengan tenang, santai dan gembira tanpa stres dan tekanan dengan memperhatikan bakat alami yang mereka punyai, tanpa memaksa mereka mempelajari atau menguasai suatu bidang pengetahuan di luar hobi dan kemampuan mereka,sehingga masing-masing mereka mempunyai portofolio yang sesuai dengan kegemarannya dan potensinya.

Pengambilan keputusan yang selalu berpusat murid, mementingkan kebutuhan murid dan  memikirkan dampak yang akan terjadi pada murid saat sebuah keputusan diambil akan memberikan pengaruh besar terhadap pembelajaran yang memerdekakan murid karena guru akan menggali potensi yang dimiliki murid dan menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan belajar murid (pembelajaran berdifferensiasi) sehingga murid memiliki kesempatan belajar dengan tenang, santai dan gembira untuk menguasai dan mengembangkan potensi dan kemampuan yang mereka miliki, dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dan dapat mengatur diri sendiri.

 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya ?

 

Pendidik berperan menuntun segala kodrat (potensi) yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi -tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pengambilan keputusan yang berpusat pada murid dan mementingkan kebutuhan murid serta memikirkan dampak yang akan terjadi pada murid pada saat suatu keputusan diambil tentunya akan memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan atau masa depan murid.

 

Kesimpulan  akhir  yang dapat saya  tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

 

Menurut filosofi Ki Hajar Dewantara, setiap anak memiliki kekuatan kodrat baik dalam hidup lahir maupun hidup batin, mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Pendidik berperan menuntun segala kodrat (potensi) yang ada pada anak-anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi -tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Guru yang mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak kepada murid selalu menjadi teladan, memberi motivasi dan inspirasi serta memberi dorongan kepada murid dan berkolaborasi dengan stakeholder yang ada di sekolah untuk mencapai murid merdeka dan memiliki Profil Pelajar Pancasila melalui penerapan budaya positif, pembelajaran berdifferensiasi dan pembelajaran social emosional  serta coaching untuk menggali potensi murid dan  menyingkirkan sumbatan yang menghambat potensi  murid sehingga mendukung guru dalam mengambil keputusan yang efektif dan efisien dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Motivasi Belajar

Pengertian Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dari dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar dan m...