SMA N 1 Sumberejo
CGP Angkatan 1 Kabupaten Tanggamus
Bagaimana
pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh
terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran diambil.
Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Ki Hajar Dewantara
mengisyaratkan posisi dan sosok seorang guru melalui petuah-petuah dalam bahasa
sansekerta. Guru bukan sekedar mengajarkan keilmuan tertentu, tapi dia juga
harus dapat menjadi instrument perekat nilai-nilai kebangsaan, nasionalisme,
cinta tanah air, nilai religiusitas dan spritualitas. Selain itu juga guru
harus menjadi tauladan bagi siswa, menjadi orang tua yang selalu membimbing
anaknya, menjadi problem solver dalam setiap sumbatan pengetahuan dan wacana
bagi orang-orang di sekitarnya.
Semboyan dan filosofi Ki
Hajar Dewantara tentang Pratap Triloka yang di dalamnya terdapat dasar kerja
seorang pendidik sangat begitu melekat
di benak kita masing-masing yaitu Ing ngarsa sung tulodo, Ing madyo mangun
karso, Tut wuri handayani. Apabila hakikat dari semboyan dan filosofi ini
benar-benar di implementasikan dengan baik dan benar oleh seorang guru maka
akan memberikan dampak positif bagi diri guru itu sendiri dan generasi bangsa
yang akan datang serta mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Ing ngarso Sung Tulodo,
ketika di depan memberi teladan. Hakikat dari semboyan pertama ini bahwa para guru harus mampu memberikan
contoh yang baik dan benar bagi siswanya, baik sikap, perbuatan maupun pola
pikirnya. Ing Madyo Mangun Karso, ketika di tengah memberikan semangat.
Hakikat dari semboyan yang kedua ini bahwa para guru haruslah berada di antara
siswanya, dengan kata lain guru juga sebagai teman bagi siswanya. Dengan
demikian, para guru dengan leluasa membimbing dan memberikan inspirasi kepada
anak didiknya. Sehingga tercipta suasana
belajar yang kondusif dan nyaman bagi mereka. Tut Wuri Handayani,
ketika di belakang memberikan daya kekuatan. Hakikat dari semboyan yang ketiga
ini mengajak kepada para guru untuk selalu memberikan arahan yang baik dan
benar dalam kemajuan belajar siswanya.
Filosofi Ki Hajar Dewantara tentang Pratap Triloka
mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran karena sebagai seorang pemimpin pembelajaran,
seorang guru harus mampu memberi contoh dan teladan, mampu membimbing, memberi semangat, memberikan inspirasi, memberi
semangat, memotivasi serta memberikan dorongan kepada peserta didik sehingga
dapat membentuk profil pelajar Pancasila. Selain itu seorang guru juga harus
mampu menjadi contoh dan teladan, memberikan inspirasi, memberi motivasi dan
memberikan dorongan kepada rekan kerja guru di sekolah dalam mewujudkan
pembelajaran yang berpihak pada murid dan pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran yang menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah
pengambilan dan pengambilan keputusan.
Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan keputusan.
Dalam menjalankan tugas
sebagai seorang pendidik agar dapat mengembangkan pembelajaran yang berpihak
pada murid dan mewujudkan profil pelajar Pancasila, seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran perlu
mengembangkan nilai-nilai diri meliputi mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif dan berpusat kepada murid.
Seorang pemimpin
pembelajaran harus mandiri yaitu karakter atau sikap dan perilaku yang tidak
mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas atau
permasalahan sehingga ketika mengambil keputusan tidak tergantung pada orang
lain.
Seorang pemimpin
pembelajaran harus reflektif artinya mau melihat pada dirinya sendiri, mau
melakukan refleksi dan introspeksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukannya, mau mendengar kritik baik dari pengawas, kepala sekolah, sesama
guru bahkan peserta didik dan selalu melihat sisi positif saran dan kritik
orang lain sebagai sarana untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas
kinerjanya sehingga dalam mengambil keputusan selalu melalui pertimbangan yang
positif dan matang dari berbagai sudut pandang.
Seorang pemimpin
pembelajaran harus kolaboratif artinya mampu berkolaborasi dengan orang lain sehingga
keputusan yang diambil tidak hanya menurut pendapatnya sendiri tetapi melalui proses
berbagi pengetahuan, ide, pendapat dan gagasan dengan orang lain dan keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan kepada semua
pihak yang terlibat dengan berbagai pertimbangan yang ada.
Seorang pemimpin
pembelajaran harus inovatif artinya memiliki banyak ide dan strategi dalam
menghidupkan pembelajaran, tanggap terhadap berbagai keadaan, tidak mudah
menyerah dalam menghadapi ketidak tahuannya dengan belajar mencari tahu serta kreatif dalam
memanfaatkan hal yang diketahuinya sehingga dalam mengambil keputusan dapat
memunculkan ide yang kreatif dan solusi baru bagi permasalahan yang
dihadapinya.
Seorang pemimpin
pembelajaran harus berpihak kepada murid sehingga dalam mengambil keputusan
yang berkaitan dengan murid akan selalu melibatkan murid dan mementingkan
kebutuhan murid serta memikirkan dampak yang akan terjadi pada murid saat
sebuah keputusan diambil.
Bagaimana kegiatan
terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan
kegiatan ‘coaching’ (bimbingan).
Coaching merupakan sebuah
proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan
sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja,
pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Dalam
pendidikan, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar
murid dalam pembelajaran di sekolah. Proses coaching merupakan proses untuk
mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam coaching
dapat membuat murid melakukan metakognisi dan membuat murid lebih berpikir
secara kritis dan mendalam sehingga murid dapat menemukan potensi dan
mengembangkannya serta menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya.
Pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran sangat berkaitan erat dengan kegiatan coaching
karena dengan coaching atau bimbingan yang diberikan terjadi proses kolaborasi
yang berfokus pada solusi sehingga membantu seorang pemimpin pembelajaran dalam
menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya, dapat mengambil keputusan
yang efektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Bagaimana
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik
Berdasarkan pengalaman
kita melaksanakan tugas di institusi pendidikan, Sebagai seorang pemimpin
pembelajaran, kita pasti sering dihadapkan dalam situasi di mana kita
diharuskan untuk mengambil suatu keputusan. Kasus atau situasi yang harus
dihadapi oleh seorang pemimpin pembelajaran bisa merupakan masalah bujukan
moral maupun dilema etika. Bujukan Moral (Benar vs Salah) adalah situasi yang
terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.
Sedangkan Dilema etika (Benar vs Benar) adalah situasi yang terjadi ketika
seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral
benar tetapi bertentangan satu dengan yang lain. Ketika kita menghadapi situasi
dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan
seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan,
toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.
Bagaimana
pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman
Pengambilan keputusan yang
tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman sehingga terwujud merdeka belajar dan pembelajaran yang
berpusat pada murid. Dalam pengambilan keputusan sebaiknya menerapkan 4
paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan.
Secara umum ada pola, model,
atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan
sebagai berikut :
1. Individu
lawan masyarakat (individual vs community)
2. Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka
pendek lawan jangka panjang(short term vs long term)
Sedangkan tiga prinsip pengambilan
keputusan antara lain :
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking)
Setelah kita menentukan paradigma dan
prinsip dalam dilema etika maka kita terapkan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan sebagai berikut :
1. Mengenali
bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini,
2. Menentukan
siapa yang terlibat dalam situasi ini,
3. Kumpulkan
fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini,
4. Pengujian
benar atau salah (uji legal, uji regulasi/standar profesional, uji intuisi, uji
halaman depan koran, dan uji
panutan/idola),
5. Pengujian
Paradigma Benar lawan Benar.
6. Melakukan
Prinsip Resolusi
7. Investigasi
Opsi Trilema, yaitu mencari opsi diantara 2 opsi.
8. Buat
Keputusan
9. Lihat
lagi Keputusan dan Refleksikan
Apakah kesulitan-kesulitan
di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan
keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini ? Apakah ini kembali ke masalah
perubahan paradigma di lingkungan Anda ?
Pengambilan
keputusan dengan menerapkan 4 paradigma dilemma etika, 3 prinsip pengambilan
keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan merupakan ilmu
pengetahuan baru yang saya dapatkan dan merupakan hal baru bagi teman-teman
sejawat di sekolah sehingga perlu ketekunan dalam menerapkannya dan perlu waktu
yang lama untuk mensosialisasikan materi tersebut untuk dapat menerapkannya di
sekolah. Selain itu adanya nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan
seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan,
toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup sehingga perlu
pertimbangan yang benar-benar matang tentunya dengan menerapkan 4 paradigma
dilemma etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan agar keputusan yang diambil tepat dan efektif.
Walaupun
butuh waktu yang lama, kita sebagai guru harus sering berlatih menerapkan 4
paradigma dilemma etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan agar sebagai pemimpin pembelajaran terbiasa
secara cepat dan tepat dalam mengambil suatu keputusan.
Apakah pengaruh
pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid kita?
Merdeka belajar
bermakna kemerdekaan belajar dan kemerdekaan berpikir, yakni memberikan
kesempatan belajar sebebas-bebasnya dan senyaman-nyamannya kepada anak didik
untuk belajar dengan tenang, santai dan gembira tanpa stres dan tekanan dengan
memperhatikan bakat alami yang mereka punyai, tanpa memaksa mereka mempelajari
atau menguasai suatu bidang pengetahuan di luar hobi dan kemampuan
mereka,sehingga masing-masing mereka mempunyai portofolio yang sesuai dengan
kegemarannya dan potensinya.
Pengambilan keputusan
yang selalu berpusat murid, mementingkan kebutuhan murid dan memikirkan dampak yang akan terjadi pada murid
saat sebuah keputusan diambil akan memberikan pengaruh besar terhadap
pembelajaran yang memerdekakan murid karena guru akan menggali potensi yang
dimiliki murid dan menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan belajar murid (pembelajaran
berdifferensiasi) sehingga murid memiliki kesempatan belajar dengan tenang,
santai dan gembira untuk menguasai dan mengembangkan potensi dan kemampuan yang
mereka miliki, dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dan
dapat mengatur diri sendiri.
Bagaimana
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya ?
Pendidik berperan
menuntun segala kodrat (potensi) yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi -tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pengambilan keputusan yang berpusat
pada murid dan mementingkan kebutuhan murid serta memikirkan dampak yang akan
terjadi pada murid pada saat suatu keputusan diambil tentunya akan memberikan
pengaruh besar terhadap kehidupan atau masa depan murid.
Kesimpulan akhir
yang dapat saya tarik dari
pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Menurut filosofi Ki Hajar
Dewantara, setiap anak memiliki kekuatan kodrat baik dalam hidup lahir maupun
hidup batin, mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Pendidik
berperan menuntun segala kodrat (potensi) yang ada pada anak-anak sesuai dengan
kodrat alam dan kodrat zaman, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi -tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat.
Guru yang mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak kepada murid selalu menjadi teladan, memberi motivasi dan inspirasi serta memberi dorongan kepada murid dan berkolaborasi dengan stakeholder yang ada di sekolah untuk mencapai murid merdeka dan memiliki Profil Pelajar Pancasila melalui penerapan budaya positif, pembelajaran berdifferensiasi dan pembelajaran social emosional serta coaching untuk menggali potensi murid dan menyingkirkan sumbatan yang menghambat potensi murid sehingga mendukung guru dalam mengambil keputusan yang efektif dan efisien dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar