Hari
Pertama di Sekolah Baru
Tari dan keluarganya baru pindah tiga hari yang lalu karena orang tuanya pindah tugas. Tari pun harus pindah sekolah. Dia merasa sedih karena harus berpisah dengan teman-temannya yang ada di sekolah lama.
Hari ini Tari, bangun pagi-pagi sekali. Hari ini adalah hari pertama masuk ke sekolahnya yang baru. Sebelum berangkat bekerja, ayahnya mengantarkan Tari ke sekolah barunya yang terletak sekitar 500 meter dari rumahnya. Sampai di sekolah ayah Tari menemui kepala sekolah dan mengenalkan Tari padanya. Tak lama kemudian kepala sekolah memanggil Bu Ani selaku wali kelas 4. Setelah itu ayah Tari berpamitan pada kepala sekolah dan Bu Ani karena harus segera pergi bekerja. Tari mencium tangan ayahnya sebelum ayahnya pergi. “Nanti pulangnya ayah jemput atau pulang sendiri ?”tanya ayah Tari. “Dijemput,” jawab Tari singkat. Ayahnya segera pergi ke tempat kerjanya.
Bu Ani mengajak Tari masuk ke dalam kelasnya. Tari tampak merasa asing dengan wajah teman-teman barunya karena memang baru hari itu mereka saling bertemu. “Selamat pagi anak-anakku semuanya, apa kabar hari ini ?” sapa bu Ani pada murid-muridnya. “Hari ini kita kedatangan teman baru, namanya Tari. Mulai hari ini, dia akan belajar bersama dengan kita di kelas ini.” Kemudian Bu Ani mempersilahkan Tari untuk memperkenalkan diri di depan teman-temannya. Setelah memperkenalkan diri Tari duduk di tempat duduknya yang bersebelahan dengan Lili.
Tari mengikuti kegiatan belajar hari itu dengan riang gembira. Teman-teman yang baru dikenalnya menyambutnya dengan bahagia. Terkadang terdengar suara gelak tawa mereka sedang bersenda gurau satu sama lain. Mereka bermain dan belajar bersama.
Kring kring kring…
“Pulang bareng kami aja, kan kita lewat rumahmu, kita jalan kaki sama-sama lebih asyik,” ucap Rani. “Jalan kaki ?” tanya Tari
keheranan karena memang dia tidak pernah pergi dan pulang sekolah dengan
berjalan kaki. “Ya…” Rani dan teman-teman lainnya mengiyakan. “Yuk…” ajak Rani.
Akhirnya Tari pulang bersama dengan Rani dan teman-teman lainnya dengan berjalan kaki karena ayahnya tak kunjung datang. “Kita sambil nyanyi yuk… Lagunya di Sini Senang di Sana Senang ya..” ajak Rani sambil mulai bernyanyi. Mereka berjalan kaki sambil bernyanyi bersama-sama dan terkadang diselingi canda tawa. Walaupun begitu mereka tetap berjalan di sebelah kiri sehingga tidak mengganggu pengguna jalan yang lain.
Tanpa terasa Tari dan teman-temannya sudah sampai di rumahnya. Terlihat ibunya berada di teras rumah menyambut kedatangan Tari dengan perasaan lega karena anaknya sudah sampai ke rumah tanpa di jemput oleh ayahnya. “Mampir ke rumahku yuk teman-teman.” Tari mengajak teman-temannya. “Terima kasih, nanti lagi ya, kami belum ke izin ke orang tua kami, takut mereka khawatir. Kami pulang dulu ke rumah ya,” jawab Rani.
Tari bergegas menghampiri ibunya dan mencium tangannya. “Gimana pengalamanmu di sekolah hari ini ?” tanya ibunya. “Wah, mengasyikkan dan menyenangkan Bu,” jawab Tari. “Kamu tidak marah ayahmu tidak menjemputmu pulang sekolah ?” tanya ibunya lagi. “Tidak, pulang bareng teman-teman justru lebih menyenangkan,” jawab Tari. Ibunya mengucap syukur ternyata anaknya sudah bisa membaur dengan teman-teman barunya. Kebersamaan anak dan teman-temannya dengan penuh keceriaan membuat mereka bahagia dan tak merasakan bagaimana lelahnya harus berjalan kaki dari sekolah ke rumah masing-masing. Bahagia itu sederhana.
Fatmawati, S.Pd.
Mantab
BalasHapusTerima kasih pak
HapusPulang bersama tensn-teman ternyata bahagia. Bahagia itu sederhana.
BalasHapusBenar sekali itu bu...
Hapus